Baru-baru ini sedang hangat diperbincangkan tentang keluarnya pasal atau aturan tentang esports dari PBESI (Pengurus Besar Esports Indonesia). Hal ini pun menarik perhatian Irliansyah Wijanarko selaku CGO & Co-founder RevivaLTV.
Dalam cuitannya di Twitter beberapa hari lalu, Irli menjelaskan tentang perdebatan yang ada belakangan ini. Ya, banyak yang mengatakan “esports dimonopoli” atau “esports dan games di Indonesia mau diatur-atur“.
Keluarnya Peraturan Pengurus Besar Esports Indonesia Nomor 034/PB-ESI/B/VI/2021 tentang pelaksanaan kegiatan esports di Indonesia mengundang banyak respon masyarakat.
Peraturan yang berisikan kurang lebih 46 halaman ini berisikan tentang aturan-aturan yang dibuat PBESI tentang kegiatan esports di Indonesia, baik dari turnamen, pemain hingga organisasi esports sendiri.
BACA JUGA: Morph Team Resmi Berpisah dengan Sang COO, Ada Apa?
Tanggapan CGO RevivaLTV Terkait Aturan yang di Keluarkan PBESI
Yang menjadi perbincangan hangat belakangan ini adalah tentang BAB XVIII tentang ‘Game dan Penerbit Game’ Pasal 39.
BACA JUGA: Sanz Sebut ONIC Sempat Ingin Datangkan Pemain dari Genflix Aerowolf
Irlie Wijanarko mencoba menjelaskan perumpamaan esports dengan sepak bola, di mana ada FIFA, “Sepak Bola tidak dimiliki siapapun, namun,untuk hal-hal resminya seperti turnamen, pro player etc, ada asosiasinya yaitu FIFA. Ideasnya,semua membernya setuju akan suatu STANDARD. Di esports, Developers/Publishers ini adalah FIFA-nya. karena mereka yang punya IP dari game tsb
Nah, yang bikin jadi seru adalah sekarang developers/publishers game-game populer udah pada punya Liga nya masing-masing. Di Liga tersebut, Developers/publishers sebagai yang punya IP dari liga/tour tersebut tentunya punya power gede buat set standard. Ya iya mereka kan FIFA-nya.
Salah enggak Developers/publishers melakukan hal tersebut? jelas tidak. Orang IP nya punya dia, rules nya juga disetujui oleh para pesertanya. Di esports, yang bisa diatur itu adalah peraturan yang disetujui oleh member-nya, atau turnamen nya yg bisa di atur.
Simplenya, Kalau lu mau ikut turnamen ini, ya mesti setuju sama rulesnya. Kalau enggak mau nurut yaudah ikut turney lain aja silahkan. Nah masalahnya kan sekarang semua turnamen yang punya jenjang dan bisa jadi karir di monopoli sama dev/publishers. Mesti main di mana dong?
Nah buat kasusnya PBESI, menurut gua mereka sedang melakukan prinsip yang sama. Mereka mungkin sadar bahwa esports ini gabisa dimiliki siapapun, so rancangan peraturan yang lagi ramai ini adalah rancangan aturan terkait plan esports under PBESI yang akan datang nantinya.
Let’s take an example, PBESI tau esports gabisa di atur, so mereka bikin liga sendiri, di mana di Liga tersebut mereka bisa ngatur syarat-syaratnya apa saja. Siapapun yang mau ikut di liga tersebut ya harus ngikutin peraturan PBESI seperti yangg ada di PDF di atas,” Ujar Irlie pada cuitannya di Twittter.
BACA JUGA: Manfaatkan Bug, X10 Esports Kehilangan 1 Map di VCT SEA
Jika nantinya PBESI akan membuat turnamennya sendiri, ini akan menjadi hal yang lebih baik. Itu pun jika terjalin kerjasama yang baik antara PBESI dengan developers game di Indonesia. Jika tidak, ini hanya akan menjadi hal yang membuat perdebatan yang lebih besar muncul.
Semoga permasalahan ini cepat terselesaikan ya sobat RevivaL. Karena di esports sendiri butuh badan hukum untuk melindungi hak-hak dari pemain, organisasi dan developers game itu sendiri.
Ikuti linimasa RevivaLTV di YouTube, Instagram, Facebook dan Revivalpedia untuk mendapatkan informasi-informasi terbaru seputar esports.
Editor: Rafdi Muhammad