Moonton Bikin Patch Baru, Tim Esport Bikin Meta – Suatu sore saat olah raga catur naik drastis popularitasnya sebab sosok kontroversial Dewa Kipas digoreng Deddy Corbuzier, saya dan beberapa teman berkumpul di warung kopi sampai malam. Sambil berpikir dan menggeser bidak catur, pikiran kami juga bergentayangan memikirkan mengapa permainan klasik dan kuno itu masih bertahan sampai sekarang? Aturannya tidak berubah, namun langkah dan taktiknya seolah tidak pernah mentok, tiada habis dikulik. Kejuaraannya digelar mulai dari gang sempit hingga seantero dunia.
Tidak begitu tuntas jawaban kami dapat, seorang teman ada yang dengan serius push rank Mobile Legends sambil mengumpat sebagaimana kebanyakan pengunjung di meja lain yang juga bermain sambil berteriak sesekali. Orang di depan saya, tiba-tiba berkata tentang perbedaan catur dan E-sport.
“Catur sejak dulu ya begini, pion cuma bisa jalan maju atau makan menyerong. E-sport itu enggak. Setiap waktu bisa berubah. Ada patch baru, ada buff ada nerf. Nasib game ada di tangan developer!”, ungkapnya begitu saja.
Benar juga pikir saya mengiyakan. Pikiran saya kemudian bergentayangan di tempat lain. Perubahan patch, buff dan nerf di esports indonesia Mobile Legends itu berdampak pada banyak hal.
Perubahan Mobile Legends dari Waktu ke Waktu
Pada awalnya saat rilis semua orang bebas bermain hero apa saja sesuka yang ia mau. Lalu seiring berjalannya waktu, ada role fighter, tank, marksman, mage. Marksman di bawah, mage di mid. Marksman memanggil tank untuk ditemani. Bagi yang keras kepala seperti pemain Lesley, tentu saja di rank bawah, ia akan memilih di mid lane memanggil tank untuk dibantu ambil buff. Sungguh menyenangkan sekaligus penuh emosi masa-masa itu.
Di MPL season awal muncul dua tank. Satu tank inisiator di midlane, satu tank cover di bawah. Mage selalu di mid sekaligus mengambil buff kemudian berotasi ke atas dan bawah. Masa-masa kejayaan Udil bersama ONIC di MPL ID season 3 tidak bisa dibendung. Seru bagi fans, sebal bagi lawan.
Season 5 MPL ID muncul meta hyper carry. Karie menjadi hero populer. Semua buff ia ambil, semua jungle dan minion ia ambil juga. Permainan ada di tangan Karie. Bila tidak, marksman lain pun jadi. Marskman di mid jadi kenyataan, persetan dengan marksman di bawah.
Season berganti, Mobile Legends juga berubah. Jungler dan roamer jadi role yang seolah baru. Pada akhirnya dengan pengalaman bermain lebih dari lima tahun, banyak tim bisa bermain sesuka hati. Role dan hero apapaun bisa jadi apapun. Suka-suka tidak ada yang melarang. Tapi siapa jadi yang terbaik ditentukan di final turnamen.
Dalam kasus terbaru ada tim Blacklist International yang menjuarai M3 world championship. Tim ini menciptakan meta UBE, mempopulerkan hero-hero support healer. Di waktu yang bersamaan, tim ini juga lah yang mendapat keuntungan sangat besar dari Moonton sebab patch baru, buff dan nerf. Cocok dengan tim mereka.
Hero support healer dibuff dengan adanya pasif roam Favor. Cocok dengan permainan OhMyVeenus yang selalu memainkan hero-hero support. Jungler memiliki role tersendiri yang tidak lagi bisa dijadikan hyper carry dengan gold melimpah sebagaimana season sebelumnya. Wise diuntungkan sebab ia tidak mahir bermain assassin. Ia jadi bisa bermain marskman, fighter, juga tank di jungle.
OHEB juga tidak kalah diuntungkan. Sebab gold lane memang diciptakan dengan gold yang lebih banyak saat ini. Ia memegang peran penting sebagai carry sejak awal. Bahkan hero-hero early dengan damage besar bisa ia gunakan tanpa perlu memainkan hero mage yang butuh scaling item seperti sebelum-sebelumnya.
Baca juga: Wujudkan Mimpi Menjadi Artis eSport Dengan Memenangkan Turnamen Free Fire
Adaptif Terhadap Patch Baru
Blacklist meski diuntungkan, harus diakui juga bahwa mereka berhasil beradaptasi pada patch terbaru dengan sangat baik. Meta UBE sebagai pijakan, masing-masing role yang ditempatkan sesuai fungsinya, menggabungkan meta lain yang terlah ada sebelumnya, semua berkembang menjadi permainan kuat.
Ada kenyataan yang kurang bagus terjadi pada tim-tim di Indonesia. Betapa banyak pemain atau konten kreator yang masih menggunakan penyebutan hyper carry, padahal role yang ada di dalam game adalah jungler. Hyper carry sudah tidak relevan sebab carry lebih efektif dipegang gold laner.
Tim-tim di Indonesia memang menonjol dengan pemain-pemain hyper carry pada season-season sebelum sekarang. Sebab pemain assassin atau marksman hyper carry memiliki level dan gold yang terlampau tinggi sehingga berdampak terlampau besar pula pada permainan. Menjadikan mereka seolah bintang yang sangat bersinar di dalam tim, sekaligus menenggelamkan peran pemain lainnya.
Kenyataan itu, sayangnya bertahan cukup lama. Hyper carry, susah dilupakan dari kepala para pemain Indonesia. Meski patch sudah berubah. Jungler tebal, lalu carry gold lane, tidak terlalu populer di Indonesia. Seolah pemain-pemain di Indonesia susah untuk bisa move on, lambat beradaptasi.
Patch baru, hero baru, buff-nerf power baru, artinya meta juga baru. Itulah yang mestinya dimainkan tim-tim di Indonesia secara kreatif, fleksibel, dan adaptif. Tim dan pemain tidak boleh mati pada satu pendirian, ia harus berubah saat diperlukan, sebab Mobile Legends sendiri juga berubah.
Begitulah E-sport Mobile Legends, berbeda dengan catur. Catur tetap, Mobile Legends berubah-berkembang setiap waktu. Meski perubahannya seringkali menyebabkan ketidakseimbangan dalam permainan, sebab buff berlebih diberikan pada hero yang punya skin baru. Bisnis skin developer berkelindan dalam buff dan hero agar laku, kemudian mempengaruhi permainan.
Kompetisi Mobile Legends harus tetap berlanjut, urusan bisnis skin urusan developer, bukan urusan pemain. Pemain dan tim harus pintar-pintar berselancar dalam dinamika naik-turun hero-hero dan meta baru. Patch mutlak di tangan Moonton, meta dan permainan di tangan tim E-sport!