Geliat Esport Tanah Air Menyasar Setiap Sudut Perkotaan – Semua ada masanya, semua ada waktunya, pun dengan Esport di Indonesia. Kawan-kawan generasi 90-an mungkin masih ingat betul bagaimana game dipandang sebelah mata, sebagai sesuatu yang membodohkan, merusak masa depan, dan membawa anak pada jurang kemiskinan.
Dan mungkin, pemikiran kolot macam ini masih dipelihara oleh sebagian orang. Ini tidak jadi soal, karena memang begitu adanya. Menjelaskan bagaimana Esport pada orang kolot sama seperti menjelaskan pelangi pada orang buta warna. Bisa, tapi sulit.
Padahal game tidak melulu soal kesuraman. Lebih dari itu, jika tujuan hidup manusia untuk mencari uang, game esports indonesia juga bisa memberikan jawaban. Buktinya, Baim Wong, Olla Ramlan, dan Raffi Ahmad bikin Esport.
Ini artinya, mereka tahu bagaimana Esport dianggap sebagai industri yang cukup menjanjikan dan bisa mendatangkan pundi-pundi rupiah.
Di Indonesia, kompetisi video game online sudah ada sejak era 90-an. Indonesia Gamers atau yang kini dikenal sebagai Ligagame, menjadi pionir dengan menggelar kompetisi untuk Quake dan Starcraft.
Kini, Kompetisi Esport lebih banyak melibatkan game berbasis Multiplayer Online Battle Arena (Moba) yang bisa dimainkan secara instan di ponsel setiap orang. Sebut saja Mobile Legend (ML), League of Legends, dan Playerunknown’s Battlegrounds (PUBG).
Geliat Esport di Kabupaten Bandung Barat
Esport bahkan sudah merambah ke pelosok desa dan perkampungan, dimainkan oleh para remaja bahkan dewasa, bersaing untuk menembus kompetisi paling bergengsi. Salah satunya turnamen Mobile Legend yang digelar di Handle Cafe, Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Diadakan sebagai sarana menjaring atlet Esport di KBB yang nantinya disiapkan untuk bertanding di ajang nasional bahkan internasional.
“Bagaimanapun, game sekarang sudah menjadi olahraga dan pekerjaan, ada wadahnya. Turnamen ini diadakan untuk melihat potensi para atlet Esport di KBB yang nantinya bagi para atlet terpilih akan diikutsertakan di ajang yang lebih bergengsi. Ini wadah yang saya maksud,” kata Kevin selaku penyelenggara.
Dalam kompetisi kali ini, ada 18 tim yang bertanding. Memperebutkan juara 1, 2, dan 3 dengan hadiah uang tunai, sertifikat, dan piala. Persaingan ketat sudah terjadi sejak laga dimulai. Dari 18 tim, ada empat tim yang masuk semi final, terdiri dari Ban Lesley, Pythagoras, Black Dragon, dan Hirosah Esport.
Keempatnya bermain dengan sangat cantik dan saling jual beli serangan.
Babak final mempertemukan Ban Lesley dan Pythagoras. Ban Lesley mencuri poin sekaligus keluar sebagai juara pertama. Dalam perebutan juara 3 dan 4 ada Hirosah Esport melawan Black Dragon.
Pertandingan berlangsung cukup alot, tapi Hirosah Esport berhasil mendapatkan poin penuh sekaligus mengokohkan dirinya di posisi ke-3.
Ada yang menarik dari tim satu ini, Hirosah Esport dianggap sebagai tim underdog atau kuda hitam, alias tim non-unggulan yang terbilang baru tapi mampu bermain cantik untuk menumbangkan lawan-lawannya.
Terlebih, tim ini diisi oleh para pemain bocil alias bocah cilik dengan usia jauh lebih muda dari penantangnya, antara 13 hingga 15 tahun. Adapun posisi tim Mobile Legend Hirosah Esport diisi oleh Hagi Algi sebagai kapten, kemudian ada Reksi, Zildan, Ferry, Ari, serta Faiz, Zidan, dan Deril sebagai pemain cadangan. Hirosah Esport digawangi oleh seorang coach bernama Agan Septian Nugraha.
“Mereka semua masih SMP, kecuali Ari. Saya baru trial satu bulan ini nge-coach. Tapi alhamdulilah sudah dapat juara ketiga di pertandingan offline kemarin. Ini sebuah pencapaian yang luar biasa buat saya. Ke depan, mungkin saya akan menjuarai pertandingan-pertandingan lainnya,” kata Agan.
Agan mengakui bagaimana susahnya melatih para bocil, apalagi untuk menampilkan permainan apik dan ciamik. Selian itu, menjaga psikologis pemain agar tetap stabil selama laga berlangsung juga bukan perkara mudah.
“Namanya anak-anak masih perlu disiplin. Kalau buat keputusan masih harus dibimbing. Mentality anak remaja memang seperti itu. Psikologinya masih tegang, kalau misalkan lawannya jago, belum apa-apa sudah tegang. Makanya harus benar-benar diarahin,” ujar Agan.
“Mereka juga harus terus berlatih, karena jam terbang sangat berpengaruh. Atmosfer pertandingan offline sangat berpengaruh terhadap mental mereka. Karena kalau turnamen itu kan ada motif, di mana setiap tim ingin juara, jadi lawan yang dihadapi juga berat.”
Makanya, kata Agan, hal yang paling sulit dalam melatih anak remaja tanggung adalah menjaga mental. Karena terkadang mereka over confidence atau bahkan tidak mempunyai confidence sama sekali. Sebagai coach, selain melatih mikro dan makro mereka, psikologisnya harus di-setting tetap stabil.
“Semua tubuh dimulai dari otak, otaknya gak jalan karena mental, itu bisa tremor, tegang, permainan kacau. Inilah tugas paling sulit dari seorang coach,” papar Agan.
Adapun Hagi sebagai kapten tim menuturkan bahwa bertanding secara offline adalah pengalaman yang sangat berbeda. Atmosfer di lapangan, ditambah lawan dengan kemampuan luar biasa menjadi tantangan tersendiri.
“Bermain online biasa dan turnamen sangat berbeda. Atmosfer di lapangan sempat membuat saya gugup, tapi itu segera teratasi karena saya yakin mampu. Saya memang bocil, tapi jangan meremehkan kemampuan saya,” tegas Hagi.
Menurut Hagi, komunikasi dan kekompakan adalah kunci nomor satu untuk menampilkan permainan yang bagus. Perselisihan di antara anggota tim juga menjadi makanan sehari-hari, tapi itulah yang justru menyatukan mereka.
Sementara Ari, yang keluar sebagai MVP atau pemain terbaik menyebut bahwa dirinya tidak menyangka akan mendapat gelar tersebut. Ini tak lain, kata Ari, berkat latihan yang konsisten dan pengetahuan luas dari setiap hero yang dia mainkan.
“Saya enggak nyangka bisa dapet MVP. Ini berkat kerja keras dan latihan yang konsisten. Arahan dari coach juga sangat berpengaruh dalam membangun serangan dan pertahanan. Tanpa arahan coach, mungkin saya enggak bisa bermain sebaik ini,” jelas Air.
Soal bagaimana Hirosah Esport meramu strategi, Agan mengaku punya cara tersendiri dan ini menjadi rahasia yang mungkin tidak dimiliki tim lain. Hirosah Esport sendiri sekarang sudah melebarkan sayapnya ke jenis game Moba PUBG, LOL, dan Free Fire. Anggotanya tersebar di hampir seluruh Indonesia. Mereka mempunyai satu tujuan yang sama, menjuarai setiap pertandingan baik nasional maupun internasional.
Baca juga: Pertandingan Esport Antar Perusahaan Startup Pertama di Indonesia
Cita-cita yang sulit digapai tapi bukan hal mustahil.
Sekarang, pemerintah KBB memang sedang memantau atlet-atlet Esport di daerahnya. Di bawah naungan ESI, KBB berencana akan menggelar pertandingan akbar pada Juni atau Juli 2021 mendatang untuk menjaring para pemain potensial. Nantinya, pemain terpilih bakal menjalani bootcamp untuk dipertandingkan diajang Nasional.
“Kita rencananya akan menggelar turnamen Juni mendatang. Ada tiga game yang akan dipertandingkan ML, FF, sama PUBG. Turnamen ini dilakukan untuk menjaring atlet-atlet di KBB khususnya. Karena saya liat, banyak pemain potensial yang tidak terwadahi,” kata Irma Sugiarto, ketua bidang wasit dan pelatih ESI.
Pada saat bootcamp, selain dilatih para pemain juga akan diberi edukasi agar game tidak menghambat proses pendidikan, termasuk mengganggu aktivitas lain. Irma berharap, para pemain di KBB bisa mewakili Jawa Barat dalam ajang pertandingan Nasional, seperti PON (Pekan Olahraga Nasional) yang bakal digelar di Papua.
Kevin menyebut, dunia Esport saat ini sudah sangat menjanjikan. Dan memang Esport telah menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan di Sea Games dan PON. So, jangan ragu bagi para gamers yang bercita-cita menjadi atlet Esport profesional. Asal tetap konsisten dan tidak lupa waktu, kamu bisa mewujudkannya.
Lagi pula, kata Theodor Ludwig, inti hidup bukanlah kerja sepenuhnya, ada hal-hal lain yang harus kamu beri porsi untuk dinikmati. Apa gunanya kamu bekerja ketika tidak bisa menikmati pencapaian? Apalagi kalau kegemaran bisa menjadi mata pencaharian, tidak ada salahnya untuk ditekuni. Jadi, jangan kaku-kaku amat melihat sesuatu yang belum kamu ketahui seluk beluknya, terutama soal Esport.