Nasib eSport di Indonesia – eSport atau Electronic Sport adalah bidang olahraga yang menggunakan game sebagai bidang yang dikompetisikan. Walaupun hanya bermain game, hadiah yang ditawarkan dalam eSport ini mencapai 20 juta US Dollar atau setara dengan 277 miliar.
Kita ambil salah satu contoh eSport yang diminati di Indonesia yaitu Dota2. Jumlah peminat Dota2 di Indonesia bisa dibilang cukup banyak. Berdasarkan data yang dimuat di steamspy, dari 3,924,275 pengguna aktif, 88% diantara memainkan Dota2 esports indonesia dalam 21 jam tiap 2 minggunya.
Dalam perjalanannya, pemain Dota2 di Indonesia cukup mentorehkan prestasi di mancanegara. Beberapa tim seperti Boom ID, The Prime, Rex Regum Qeon (RRQ), EVOS Sport telah diperhitungkan di dunia internasional.
Namun ironisnya, di Indonesia pemain-pemain ini kurang mendapat perhatian khususnya dari pemerintah. Jika ingin dibandingkan dengan Ukraina, respon Indonesia dalam melihat potensi berkembangnya eSport di negaranya sungguh lambat.
Ukraina memiliki tim yang cukup terkenal yaitu NaVi. Awalnya NaVi juga tidak mendapat perhatian khusus dari pemerintah, namun setelah memenangkan kompetisi tingkat internasional, sang perdana mentri merangkul NaVi untuk menjadikannya official team yang mewakili Ukraina dalam bidang eSport. Alhasil berkat dukungan dari pemerintah, NaVi keluar sebagai juara dunia (The International 2011) dalam bidang Dota2.
Baca juga: Geliat Esport Tanah Air Menyasar Setiap Sudut Perkotaan
Kini kondisinya di Indonesia, hal yang berkaitan dengan eSport ini dikelola oleh IeSPA (Indonesia eSport Association) yang tak terdengar gaungnya. IeSPA adalah salah satu organisasi di bawah lembaga pemerintah, FORMI (Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia), yang tidak berkontribusi dalam mengembangkan eSport di Indonesia. Hal ini ditunjukan dari kegagalan penyelenggaran IeSF 8th Esports World Championship pada Oktober 2016. Website www.iespa.or.id juga sudah tidak diupdate lagi.
Kalau hal ini terus dibiarkan, nantinya pasti banyak eSport player asal Indonesia yang berpindah domisili ke Eropa untuk berkarir professional.